dropdown-b { background-image:url('http://i1193.photobucket.com/albums/aa345/bakulatz/Arsiv/tombol_menu1.gif'); text-align:center; width:165px; font-family: georgia, Helvetica, sans-serif; padding-left:20px; padding-right:20px; padding-top:10px; padding-bottom: 10px; margin-top: 4px; display:block; text-decoration: none; color: #000000; height: 8px;

ButterFly

Rabu, 17 Oktober 2012

NAVIGASI DARAT (SARDATNAS III)

PENDIDIKAN DAN LATIHAN DASAR KSR-PMI UNIT IAIN MATARAM


TEKNIK MEMBACA KOMPAS DALAM NAVIGASI

Membaca Kompas memang tidak semudah yang kita bayangkan walaupun kita menggunakan Kompas Sunto sekalipun, apalagi menggunakan Kompas Silva. Lain halnya apabila kita menggunakan Kompas Digital, lebih mudah kita membacanya di banding dua Kompas di atas. Kemudian bagaimana caranya membidik dengan Kompas yang benar?


Pentingnya membaca Kompas adalah untuk mengetahui arah, utara, selatan, timur dan barat serta untuk mengetahui koordinat suatu benda yang kita maksudkan. Seorang petualang harus bisa membaca kompas, karena ini adalah kemampuan vital. Bayangkan apabila kita tersesat dan tidak bisa membaca Kompas untuk mengetahui arah, mungkin hanya faktor keberuntungan yang bisa menyelamatkan Anda.

Tetapi tidak selamanya keberuntungan tersebut di samping Anda. Bila bisa
membaca Kompas, setidaknya prosentase keselamatan Anda meningkat. Kemudian, mengapa kita sering kesulitan membaca Kompas?

Sebagai contoh, coba bidik sebuah botol atau pohon yang berjarak kira – kira 50 m dan yakinkan bidikan Anda tepat. Misalnya yang Anda dapat adalah 130 derajat. Bayangkanlah, apabila selisih 1 derajat saja, berapa kira - kira jaraknya dengan benda tersebut? Dan itu hanya 50 m. Bagaimana jika Anda membidik dengan jarak 500 - 1000 m, lalu ternyata selisihnya mencapai 3 - 5 derajat? Pikirkan, betapa sedihnya perjalanan Anda.



Kompas Sunto
Bagaimana Tehnik Membaca Kompas?
1. Hal yang terpenting adalah pastikan Kompas yang kita gunakan berfungsi dengan baik dan sesuai dengan standar area.

2. Pastikan garis penunjuk arah utara dan penunjuk derajat sudah pada posisi yang seharusnya (
Kompas Silva saja, karena pada Kompas Sunto, kita tinggal bidik saja )

3. Berdirilah tegak mengahadap arah objek yang dituju, dan peganglah Kompas Anda dan pastikan Kompas tersebut rata dan tidak miring.


4. Jauhkan aksesoris Anda yang bersifat logam, Karena magnet di 
Kompas akan bereaksi pada logam tersebut, dan pastikan Anda tidak terlalu dekat dengan daerah yang daya magnetnya besar, seperti dekat dengan BTS ( Base Tranceiver Station ), ruang mesin, dan lain lain.

5. Bila rambut Anda panjang, ikatlah rambut Anda agar tidak mengahalangi pandangan Anda, begitu juga dengan keringat Anda, sekalah terlebih dahulu.


6. Tenangkan diri Anda, jagalah supaya tangan Anda tidak bergetar.



Kompas Silva
 7. Ulangi bidikan anda 3 - 5 kali untuk meyakinkan bidikan Anda. jumlahkan hasil bidikan Anda,dan dapatkan rata - ratanya. Bisa juga dengan recheck bidikan Anda dengan rumus Back Azimuth = n-180 ( n adalah sudut bidikan anda ) bila “n” lebih dari 180 derajat dan n+180 bila “n” kurang dari 180 derajat. contoh, target di 70 derajat, maka posisi awal kita membidik adalah 70 + 180 = 250 derajat, lalu coba Anda pindah posisi ke depan objek Anda tadi dan bidik tempat awal Anda membidik. Jika 250 derajat tidak mengarah pada tempat Anda berpijak tadi, maka Anda telah salah membidik.

8. Bidiklah benda sejauh pandangan Anda masih terlihat jelas dan jangan terlalu memaksakan untuk membidik objek yang terlalu jauh. Ingat,semakin jauh Anda menembak, maka selisih jaraknya akan semakin besar juga bila bidikan Anda tidak tepat.




TEKNIK MEMBACA PETA DALAM NAVIGASI

Navigasi adalah suatu teknik untuk menentukan kedudukan dan arah lintasan perjalanan secara tepat, atau navigasi adalah navigasi adalah suatu kegiatan mengontrol arah perjalanan baik di peta maupun di medan sebenarnya dengan tepat hingga sampai ke tujuan. Dalam arti yang lebih sempit, navigasi telah dikenal oleh bangsa-bangsa Aztec, Babylonia dan Bangsa Eskimo tua sejak 4500 tahun yang lalu.
Pada awalnya, istilah navigasi dipakai dalam pelayaran maupun penerbangan, namun dewasa ini telah umum dipakai dalam pengembaraan di gunung, rimba, sungai dan sebagainya. Orang yang bertanggung jawab dalam hal navigasi biasa disebut navigator.
Untuk dapat melakukan perjalanan di alam bebas kita hanya dibantu oleh peta, kompas dan kemampuan berorientasi yaitu usaha memperkirakan / menentukan tempat kedudukan setepat mungkin dengan cara mengamati, mempelajari, mengenali keadaan sekitar selama perjalanan dilakukan.
Menyadari betapa pentingnya ketiga hal diatas, maka timbul pepatah : “peta dan kompas serta kemampuan untuk menggunakannya merupakan tiket ke tempat manapun di alam bebas”.

PETA

Peta adalah gambaran sebagian atau keseluruhan permukaan bumi yang diproyeksikan ke dalam bidang datar dengan metode dan perbandingan tertentu.
Di Indonesia, peta yang lazim digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung, lalu peta dari Jawatan Topologi, yang sering disebut sebagai peta AMS (American Map Service) dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960. Peta AMS biasanya berskala 1 : 50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25 m. Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang lebih baru, dengan skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000 (dengan interval kontur 12,5 m). Peta keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna.
Peta berdasarkan isinya dibagi menjadi :
1. Peta Umum; yaitu peta yang memuat kenampakan-kenampakan umum, baik kenampakan fisis maupun kenampakan sosial ekonomi. Peta jenis ini meliputi :
a. Peta Topografi; yaitu peta yang berskala besar dan memuat keterangan yang umum.
b. Peta Chorografi; yaitu peta yang berskala sedang yang menggambarkan daerah yang luas, negara atau benua.
c. Peta Dunia; peta yang digambarkan dengan skala kecil dan meliputi seluruh dunia.
2. Peta Khusus / Thematik; yaitu peta yang menggambarkan kenampakan-kenampakan yang khusus. Peta ini meliputi antara lain : peta militer, peta bintang, peta triangulasi, peta pariwisata, dll.
Peta berdasarkan skalanya digolongkan menjadi :
a. Peta Kadaster
1 : 100 sampai 1 : 5.000
b. Peta berskala besar
1 : 5.000 sampai 1 : 250.000
c. Peta berskala sedang
1 : 250.000 sampai 1 : 500.000
d. Peta berskala kecil
1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000
e. Peta Geografi
1 : 1.000.000 ke atas
Bagian-bagian Peta :
1. Judul; menyatakan lokasi yang ditunjukkan oleh peta yang bersangkutan, biasanya terdapat diatas.
2. Penerbit; menyatakan badan/lembaga yang menerbitkan/mengeluarkan peta.
3. Nomor; sebagai nomor registrasi dari badan pembuat peta, juga berguna sebagai petunjuk bila kita memerlukan peta daerah lain di sekitar daerah yang terpetakan.
4. Tahun; menyatakan waktu pembuatan peta, semakin baru tahun pembuatannya, maka data yang disajikan akan semakin akurat.
5. Legenda; yaitu keterangan singkat mengenai simbol/tanda yang tercantum dalam sebuah peta, dibuat untuk memudahkan pembaca menganalisa peta.
6. Skala/Kedar; yaitu perbandingan jarak antara dua titik tertentu pada peta dengan jarak sebenarnya di lapangan. Untuk menyatakan skala peta ada 3 cara yaitu :
a. skala angka/fraksi
1 : 50.000
b. skala verbal/perkataan
“satu sentimeter dibanding lima puluh ribu sentimeter”
c.
7. Koordinat ; yaitu kedudukan suatu titik di peta. Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yakni perpotongan antara garis-garis yang tegak lurus satu sama lain. Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua macam yaitu :
a. Koordinat Geografis (Geographycal Coordinate)
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan detik.
Pada peta Bakosurtanal, biasanya menggunakan koordinat geografis sebagai koordinat utama. Pada peta ini, satu kotak (atau sering disebut satu karvak) lebarnya adalah 3,7 cm. Pada peta skala 1 : 25.000, satu karvak sama dengan 30 detik (30”), dan pada peta skala 1 : 50.000, satu karvak sama dengan 1 menit (60”).
Contoh : 114°34’10” BT atau 05°15’17” LS
b. Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM)
Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik acuan.Untuk wilayah Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (06° LU, 98° BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan horizontal dari barat ke timur.
Sistem koordinat grid mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8 angka. Pada peta AMS, biasanya menggunakan koordinat grid. Satu karvak sebanding dengan 2 cm. Karena itu untuk penentuan koordinat grid 4 angka, dapat langsung ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu karvak dibagi terlebih dahulu menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat grid 8 angka dibagi menjadi 10 bagian (per 1 mm).
8. Kontur; yaitu garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang berketinggian sama dari permukaan laut atau garis bayangan/imajinasi dari rangkaian titik-titik di lapangan yang mempunyai nilai ketinggian/elevasi yang sama.
Karakteristik Garis Kontur Ketinggian :
1. Garis kontur ketinggian yang lebih rendah selalu mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi.
2. Garis kontur ketinggian tidak akan saling berpotongan dan tidak bercabang.
3. Garis kontur ketinggian merupakan kurva tertutup sehingga tidak akan ada yang terputus.
4. Garis kontur ketinggian pada daerah landai/datar akan tergambar renggang/berjauhan sebaliknya garis kontur di daerah curam/terjal akan tergambar rapat.
5. Garis kontur ketinggian yang ujungnya melengkung keluar menjauhi puncak berbentuk “U” menggambarkan punggungan.
6. Garis kontur ketinggian yang ujungnya melengkung kedalam mendekati puncak berbentuk “∩” menggambarkan lembah.
7. Garis kontur ketinggian untuk daerah yang cekung digambarkan garis berbulu.
8. Garis kontur ketinggian antara digambarkan dengan garis terputus-putus.
9. Perbedaan ketinggian antara dua garis kontur yang berurutan (interval kontur) merupakan bilangan tetap.
10. Interval kontur sama dengan skala peta dibagi 2000. Rumus ini tidak berlaku apabila peta tersebut telah di fotocopy perbesar atau perkecil. Jadi cara yang paling mudah mencari interval kontur adalah selisih antara dua indeks kontur yang berdekatan dibagi spasinya adalah harga interval kontur.